Welcome to the Eternity

Welcome to the Eternity

Rabu, 28 November 2012

PART I


AKU DI SINI

Saat yang lain ingin terlihat
Aku tidak mau terlihat
Saat yang lain ingin bersinar
Aku tidak ingin menjadi bersinar

Saat yang lain akan berpindah
Aku akan tetap di sini
Tetap menjadi apa yang aku mau
Aku tidak ingin menjadi paling tinggi

Aku
Cukup menjadi yang baik
Seperti adanya Aku
Diriku sendiri

Karya : Dira Martadinata

Puisi yang ku baca malam ini, ialah hasil karya Dira. Seseorang yang angkuh, saat pandangan yang pertama. Tetapi itu berbeda, bila telah mengenalnya dengan baik.
"Sial kenapa harus ada sih? Gue ga berharap ketemu, please go away," gerutu ku.
Tiba tiba sesosok laki laki menarik ku dari tempat ku berpijak. Aku kaget, dan heran siapa orang itu. Tapi ia adalah penyelamat di saat aku terjepit.
"Eh lo siapa? Ko tiba tiba narik gue seenaknya."
"Udah deh yang penting lo selamat kan? Makannya lain kali jangan telat," katanya datar.
Muka ku tertunduk menutup malu, aku tidak akan mau telat lagi. Bila sampai telat pun ku harap tidak bertemu dia lagi. Memang wajahnya lumayan untuk ukuran anak kelas 3 SMA, tapi sifat so cool nya itu membuat ku ingin ditangkap satpam yang tidak ingin ku temui tadi.
"Yaudah makasih ya atas bantuannya," balasku memberi penekanan di kata bantuan.
Lalu dia hanya tersenyum sinis sambil beranjak meninggalkan ku. Aku pun langsung pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kelas.
--------------------------------------------------------------------o---------------------------------------------------------------
 "Sel buru sini! Gurunya lagi ke toilet dulu, cepetan lo masuk!"
 "Meta!! Duh lucky banget gue hari ini bisa ketemu lo dengan selamat."
Meta, sahabat yang paling mengerti diriku. Meskipun dia  kadang menjengkelkan, tapi ia adalah sahabat terhebat di masa masa SMA ini. Aku menceritakan kejadian tadi kepadanya, tak terasa Pak Tono yang sedari tadi sudah kembali dari toilet mengawasi kami yang sedang asik mengobrol. 
"Gisel Meta kalau mau arisan di luar saja, bapak mau mengajar!"
Aku dan Meta hanya terdiam, dan memperhatikan Pak Tono mengajar. Lebih tepatnya melamun, karena pelajarannya membuat orang harus kembali ke masa lampau, dimana Indonesia masih belum merdeka. Hal itu sungguh membosankan.
Lalu tak sadar aku melamunkan senyum orang yang telah membantuku tadi.
"Gisel sepertinya tadi bapak tidak melihat kamu di jam pertama. Kemana kamu?"
Kata kata itu berhasil membuyarkan lamunan ku. Guru itu pun akhirnya menyuruhku keluar dan tidak memperbolehkan aku untuk mengikuti kelasnya. Terpaksa aku keluar dengan raut wajah memelas, dan usaha itu tidak membuahkan hasil yang baik. Aku tetap keluar kelas. Meta memandangku dengan iba seperti sedang menahan tangisnya keluar, tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Dramatis sekali pelajaran sejarah kali ini.

Akhirnya aku berjalan menuju taman di belakang sekolah. Saat itu taman cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan urusannya masing masing. Taman ini bukan lah taman umum, karena tidak banyak orang yang mengetahuinya. Di sana ku temukan sesosok yang sepertinya aku kenal, tapi aku tak menghiraukannya. Mencoba tidak menghiraukannya.
"Dir lo kemana aja ko ga masuk kelas tadi?"
Tersentak kata kata yang cukup keras itu, aku jadi memperhatikan 2 orang yang mengobrol tak jauh dari tempat yang sedang aku duduki.
"Oh namanya Dira, dari mukanya sih keliatan anak pinter tapi bolos kelas juga," ungkap ku dalam hati.
"Gue lagi suntuk ah pelajaran dia, lagi mau sendiri dulu. Lo duluan aja deh, nanti gue nyusul," katanya kepada temannya itu.
          Saat melihat dia, tiba tiba mata kami bertemu di kejauhan. Aku pun langsung membuang muka dan menatap ke arah lain. Tetapi dia terus melihatku, sampai saat aku kembali mencari sosoknya dia ada di belakang ku.