AKU
DI SINI
Saat
yang lain ingin terlihat
Aku
tidak mau terlihat
Saat
yang lain ingin bersinar
Aku
tidak ingin menjadi bersinar
Saat
yang lain akan berpindah
Aku
akan tetap di sini
Tetap
menjadi apa yang aku mau
Aku
tidak ingin menjadi paling tinggi
Aku
Cukup
menjadi yang baik
Seperti
adanya Aku
Diriku
sendiri
Karya
: Dira Martadinata
Puisi
yang ku baca malam ini, ialah hasil karya Dira. Seseorang yang angkuh, saat
pandangan yang pertama. Tetapi itu berbeda, bila telah mengenalnya dengan baik.
"Sial kenapa harus ada sih? Gue ga berharap ketemu, please go away," gerutu ku.
Tiba
tiba sesosok laki laki menarik ku dari tempat ku berpijak. Aku kaget, dan heran
siapa orang itu. Tapi ia adalah penyelamat di saat aku terjepit.
"Eh lo siapa? Ko tiba tiba narik gue seenaknya."
"Udah deh yang penting lo selamat kan? Makannya lain kali jangan telat," katanya datar.
Muka
ku tertunduk menutup malu, aku tidak akan mau telat lagi. Bila sampai telat pun
ku harap tidak bertemu dia lagi. Memang wajahnya lumayan untuk ukuran anak
kelas 3 SMA, tapi sifat so cool nya itu membuat ku ingin ditangkap satpam yang
tidak ingin ku temui tadi.
"Yaudah makasih ya atas bantuannya," balasku memberi penekanan di kata bantuan.
Lalu
dia hanya tersenyum sinis sambil beranjak meninggalkan ku. Aku pun langsung
pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kelas.
--------------------------------------------------------------------o---------------------------------------------------------------
"Sel buru sini! Gurunya lagi ke toilet dulu, cepetan lo masuk!"
"Meta!! Duh lucky banget gue hari ini bisa ketemu lo dengan selamat."
Meta,
sahabat yang paling mengerti diriku. Meskipun dia kadang menjengkelkan,
tapi ia adalah sahabat terhebat di masa masa SMA ini. Aku menceritakan kejadian
tadi kepadanya, tak terasa Pak Tono yang sedari tadi sudah kembali dari toilet
mengawasi kami yang sedang asik mengobrol.
"Gisel Meta kalau mau arisan di luar saja, bapak mau mengajar!"
Aku
dan Meta hanya terdiam, dan memperhatikan Pak Tono mengajar. Lebih tepatnya
melamun, karena pelajarannya membuat orang harus kembali ke masa lampau, dimana
Indonesia masih belum merdeka. Hal itu sungguh membosankan.
Lalu
tak sadar aku melamunkan senyum orang yang telah membantuku tadi.
"Gisel sepertinya tadi bapak tidak melihat kamu di jam pertama. Kemana kamu?"
Kata
kata itu berhasil membuyarkan lamunan ku. Guru itu pun akhirnya menyuruhku
keluar dan tidak memperbolehkan aku untuk mengikuti kelasnya. Terpaksa aku
keluar dengan raut wajah memelas, dan usaha itu tidak membuahkan hasil yang
baik. Aku tetap keluar kelas. Meta memandangku dengan iba seperti sedang
menahan tangisnya keluar, tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Dramatis sekali
pelajaran sejarah kali ini.
Akhirnya
aku berjalan menuju taman di belakang sekolah. Saat itu taman cukup sepi, hanya
ada beberapa orang yang sibuk dengan urusannya masing masing. Taman ini bukan
lah taman umum, karena tidak banyak orang yang mengetahuinya. Di sana ku
temukan sesosok yang sepertinya aku kenal, tapi aku tak menghiraukannya.
Mencoba tidak menghiraukannya.
"Dir lo kemana aja ko ga masuk kelas tadi?"
Tersentak
kata kata yang cukup keras itu, aku jadi memperhatikan 2 orang yang mengobrol
tak jauh dari tempat yang sedang aku duduki.
"Oh namanya Dira, dari mukanya sih keliatan anak pinter tapi bolos kelas juga," ungkap ku dalam hati.
"Gue lagi suntuk ah pelajaran dia, lagi mau sendiri dulu. Lo duluan aja deh, nanti gue nyusul," katanya kepada temannya itu.
Saat melihat dia, tiba tiba mata kami bertemu di kejauhan. Aku pun langsung
membuang muka dan menatap ke arah lain. Tetapi dia terus melihatku, sampai saat
aku kembali mencari sosoknya dia ada di belakang ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar